Get snow effect

Jumat, 02 Desember 2011

Festival Budaya Perkenalkan Sail Komodo




Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Propinsi NTT, Abraham Klakik, mengatakan hal ini melalui Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata, HA Haris kepada Pos Kupang di kantornya, Senin (28/11/2011).


Ia mengatakan, dengan adanya Visit Flobamora dan Festival Budaya Florata di Ende diharapkan bisa mempromosikan Sail Komodo secara lebih luas.


Kegiatan Festival Budaya Florata, katanya, dilakukan bersamaan dengan Festival Kelimutu. Sampai saat ini, pihaknya sedang melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat agar bisa membiayai kegiatan Festival Kelimutu yang akan dilakukan pada bulan Agustus tahun 2012.


Untuk itu, jelasnya, Disbudpar sudah melakukan rapat persiapan koordinasi antara unit, instansi terkait Sail Komodo dan melakukan koordinasi dengan semua kabupaten sebagai titik persinggahan.


Ia mengatakan, beberapa titik persinggahan yang akan dilalui peserta Sail Komodo adalah Australia (Darwin), Kupang, TTU, Belu, Alor, Lembata, Maumere, Ende, Ngada, Labuan Bajo, Waikelo, Sabu Raijua dan Rote. Menurut perkiraan, sebanyak 145 kapal dengan 416 peserta sail, namun yang menginggahi NTT sebanyak 72 kapal.


Sejauh ini, katanya, sudah ada komunikasi internal dengan Disbudpar kabupaten/kota yang merupakan tempat persinggahan dan instansi teknis di daratan Flores.


Menurutnya, Sail Komodo ini bertujuan memperkenalkan calon wisatawan baik asing maupun nusantara, memperkuat sistim promosi Sail Komodo dengan titik persinggahan kapal, menjadikan NTT sebagai pintu masuk kapal layar dan kapal pesiar dari Asia Pasifik dan Australia.


Selain itu, memotivasi masyarakat untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan dan diharapkan bisa menjadi even tetap di NTT dan menjadikan NTT sebagai wisata unggulan.







http://waikamurasumba.blogspot.com/

Duh!! 67 Persen Anak NTT Sudah Unduh Situs Porno

Hasil pantauan, literasi media dan penelitian Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2011 diketahui terdapat 31 persen anak-anak mendengar radio dan pilihan untuk mendengar musik dan hiburan mencapai 68 persen dan hanya 3 persen mendengar siaran pendidikan dan kebudayan.

Lebih mencengankan adalah 81 persen anak menonton televisi dan rata-rata menghabiskan waktu di atas tiga dengan pilihan acara hiburan dan sinetron.

KPID NTT juga menyebutkan, 67 persen anak-anak sudah pernah mengunduh situs porno. Para pengunduh ini berusia 10- 15 tahun dan paling banyak di antara 10-13 tahun. Jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak saat menggunakan internet minimal tiga jam sekali ke warnet atau sekali gunakan.

Selain itu, 61 persen anak-anak sudah pernah menonton film porno . Mereka yang menonton film ini berusia 10-15 tahun dan paling banyak di antara 10-13 tahun. Dan, 64 persen anak-anak menghabiskan waktunya setiap hari untuk bermain playstation.

Disebutkan juga, 41 persen anak-anak tetap memilih televisi sebagai pilihan pertama untuk menemani mereka setiap hari, sedangkan sisanya terbagi dalam media lain.



http://waikamurasumba.blogspot.com/

Rabu, 20 April 2011

GKS Payeti Gelorakan Back to Nature: Awali dengan Pemeran Pangan dan Souvenir Lokal




Kontributor: ion
Minggu, 17 April 2011 22:15 


Mengkonsumsi secara berlebihan bahan makanan instant dan sejumlah produk di era modern dewasa ini, sangat rentan dengan efek samping. Selain mengandung sejumlah bahan kimia berbahaya, juga tak jarang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, semangat kembali ke alam atau back to nature, perlu terus digelorakan oleh sejumlah kalangan.

Berangkat dari hal ini, pihak gereja di Sumba Timur (Sumtim), khususnya Gereja Kristen Sumba (GKS) Payeti, yang tentunya salah satu elemen kebhinekaan di NKRI ini, juga memiliki tekad untuk turut berperan aktif.

Walau dalam skala kecil, GKS Payeti, jelang hari raya Paskah tahun ini selama 2 hari (16-17/04/2011), dan juga sebagai upaya untuk menggalang dana pembangunan gedung ibadah, menggelorakan semangat kembali ke alam yang ditandai dengan pameran pangan dan produk souvenir lokal.

Aksi jemaat ini mendapat sambutan meriah masyarakat kota Wingapu. Sejumlah panganan dengan bahan dasar lokal dan bebas bahan kimiawi diserbu pengunjung. Ada cake petatas, ketupat, kue putu sumba, nasi jagung, juga kue cucur alias ’kanguta rara’, manggulu dan kaparak serta panganan lainnya laris manis diserbu pengujung.

”Saya datang disini karena memang saya suka dengan makakan lokal kita. Gizinya tidak kalah, dan pengolahannya sangat sederhana dan bebas dari bahan kimia,” ujar Matius Kitu, wakil Bupati Sumba Timur yang tidak sungkan mendampingi sang isteri berbelanja.

Tak hanya panganan berbahan lokal alami, para pengunjung juga berlomba mendapatkan souvenir khas Sumtim. Diantaranya produk dari tempurung kelapa, anyaman daun pandan dan lontar, hingga kain tenun ikat khas Sumtim. Perkara harga yang dibanderol cukup tinggi, yakni dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah itu, adalah urusan kedua.

”Pameran pangan dan souvenir lokal ini sangat bermanfaat dan saya harap bisa terus berlanjut tidak hanya oleh GKS Payeti namun juga bisa dicontoh oleh elemen lainnya di Sumba Timur. Karena selain menyajikan makanan yang diolah secara alami dan sederhana, terjamin mutunya juga menjadi salah satu bentuk pengharagaan dan pelestarian budaya warisan leluhur, ”jelas Bupati Sumtim, Gidion Mbilidjora, yang didampingi ketua komisi pembangunan gedung gereja yang baru, John Makambombu, disela-sela keasyikannya menyicipi dan membeli panganan dan souvenir lokal Sumtim di pameran itu.(ion)




Minggu, 03 April 2011

Anak-Anak Rela Jalani ”Perkawinan Dini”



Minggu, 03 April 2011 17:07 



Peragaan upacara Kenoto
Walau bukan penduduk asli, namun eksistensi adat dan budaya warga suku Sabu di pulau Sumba terus terjaga. Berbagai cara terus dilakukan untuk melestarikan budaya warisan leluhur mereka di tengah terpaan arus globalisasi. Bagi yang awam atau belum pernah mengikuti perkawian adat dalam tradisi suku Sabu, mungkin saja akan bertanya, ada apa ini? Kok anak-anak duduk ditikar dan seakan dipaksa untuk mengikuti ritual adat? Padahal sejatinya pemandangan yang terjadi beberapa hari lalu di halaman SD Inpres Pada Dita, Waingapu bukanlah perkawinan ataupun pernikahan dini, yang terpaksa dilakukan oleh anak-anak yang belum dewasa.
Ya, meski dalam balutan busana adat yang didominasi kain tenun, anak-anak nampak ikhlas mengikuti upacara perkawinan adat dalam ritual adat Sabu yang disebut Kenoto. Rasa ikhlas itu lahir dari hati anak-anak untuk mendapatkan nilai baik dalam ujian praktek mata pelajaran muatan lokal di sekolahnya. Dasar inilah yang membuat anak-anak rela menjadi lurah, tua adat atau juru bicara adat bahkan pengantin laki-laki maupun perempuan.
Layaknya ritual adat Kenoto yang dilakukan orang dewasa, dialog adat, bawaan berupa sirih pinang dan mas kawin serta uang kenoto dari pengantin laki-laki, doa restu dari tokoh agama yang menggunakan bahasa daerah, hingga penandatanganan akta perkawinan adat disaksikan lurah selaku wakil pemerintah, mulus dilakukan anak-anak itu demi sahnya ’perkawinan adat’ itu.
Berakhirnya ritual adat ditandai dengan saling berangkulan dan berciuman dengan cara mempertemukan hidung sebagai tanda kedua keluarga telah menyatu menjadi satu keluarga besar.
”Kami senang bisa melakukan praktek kenoto. Walau ada salah-salah namun kami suka, kalau masih ada kesempatan lagi kami mau untuk mempraktekannya lagi,” kata Ani, Nikson, Fitri dan Budi senada kala ditemui usai menampilkan aksinya dihadapan Kepala Sekolah, Martha Kore Mega, Erwin Pasande selaku Kabid Pendidikan TK-SD pada Dinas PPO Sumtim dan tamu serta undangan lainnya.
Puncaknya adalah digelar tarian persaudaraan dan kekeluargaan yang disebut Pado’a, yakni tarian dengan mengikatkan anyaman daun lontar berbentuk persegi, yang didalamnya berisi jagung atau beras dan kacang hijau, hingga menghasilkan bunyi saat kaki melangkah dan dihentakan mengikuti suara nyanyian sang pemandu.(ion)


 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<




Kadumbul & Palakahembi Dilanda Banjir Bandang



Sabtu, 02 April 2011 15:43
Bendungan Kadumbul


Lazimnya banjir terjadi karena intensitas hujan tinggi yang turun di suatu wilayah. Lantas bagaiamana kalau tidak hujan namun banjir? Demikian halnya di desa Kadumbul dan Palakahembi, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur. Tidak turun hujan namun dilanda banjir bandang kiriman, yang dalam waktu sekejab saja menimbulkan kerugian warga.
Awalnya warga menduga bendungan Kadumbul jebol atau tidak mampu membendung luapan air akibat hujan besar di hulu sungai, hingga berdampak luapan air yang sempat membuat warga panik dari malam hingga dini hari 31/03 hingga 01/04-2011 lalu.
Luapan air memang tidak lama menggenangi pemukiman dan lahan pertanian warga. Namun arusnya yang cukup deras membawa lumpur dan kerusakan yang membuat warga sempat panik. Warga masih terlihat membereskan perabotan mereka ditengah kecemasan akan kembalinya banjir. Pasalnya warga berdalil, tidak hujan saja banjir telah membuat mereka kalang kabut, apalagi jika terjadi hujan.
”Saat saya lagi santai dengan keluarga, tiba-tiba saja ada bunyi menderu, dan anak-anak dari belakang teriak ada banjir datang. Saya sama sekali tidak menduga karena sebelumnya tidak hujan. Kami langsung menyelamatkan diri dan barang yang bisa dibawa. Kala itu air kurang lebih setinggi 80 cm,” jelas Flavianus.
Warga menjemur beras
Puluhan hektar lahan pertanian yang ditanami jagung dan padi rusak. Tak hanya itu stok pangan, ternak berupa babi dan ayam hanyut. Sambil menunggu bantuan darurat warga berusaha mengeringkan beras yang rusak dan berbau akibat terlanda banjir.
Memang tidak ada korban jiwa yang ditimbulkan dari banjir itu, namun rusaknya lahan pertanian dan hanyutnya puluhan ternak babi dan ratusan ekor ayam milik warga serta kerusakan lainnya diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Warga juga berharap pemerintah setempat meneliti kembali kekuatan bendungan Kadumbul, karena adanya kekuatiran warga bendungan akan jebol karena sejak awal dibangun sejumlah pihak sempat meragukan kontruksinya yang dinilai tidak mampu menahan luapan air.(ion)



 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<


Ratusan Kerbau dan Kuda Mati: Wabah Surra Menggancam Sumba




Kamis, 31 Maret 2011 20:20



Ir Petrus T. Pore
Sesuai data Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat (Sumbar), ratusan ekor ternak kuda dan kerbau dilaporkan mati akibat terserang penyakit surra, yakni sejenis penyakit menular pada hewan yang dapat bersifat akut maupun kronis. Adapun penyebab penyakit ini adalah protozoa bernama trypanosoma evansi.
Tak bisa disangkal Pulau Sumba identik dengan hamparan padang sabana yang luas dan sangat cocok untuk dijadikan padang pengembalaan ternak besar seperti kerbau dan kuda. Namun kini, populasi kedua ternak ini dalam ancaman wabah penyakit surra. Sesuai laporan warga dan pendataan dinas peternakan setempat, ratusan ekor kuda dan kerbau dilaporkan telah mati sia-sia selama beberapa bulan terakhir. Seperti halnya di Kabupaten Sumba Barat, lebih dari dua ratus ternak kuda dan kerbau telah mati akibat surra.
”Dari enam kecamatan di Sumba Barat, lima kecamatan telah terkena surra. Hanya kecamatan Tana Righu yang masih belum terjangkit. Kuda yang terdata terjangkit 191 ekor, yang diobati 96 ekor, namun yang mati 150 ekor. Sementara kerbau yang mati 101 ekor. Jadi total kuda dan kerbau yang mati karena Surra data hingga kini telah mencapai 251 ekor,” jabar Ir. Petrus P. Pore, Kepala Dinas Peternakan kabupaten Sumba Barat.
Lebih jauh, Petrus menjelaskan, kasus ini telah menjadi wabah dan cukup mengancam populasi ternak tidak hanya di Sumba Barat namun tiga kabupaten lainnya di pulau Sumba. Apa yang dikatakan oleh Petrus paling tidak terbukti jawabannya pada warga Kabupaten Sumba Tengah yang ditemui. Umbu Routa Praing, salah seorang warga mengisahkan, sebelum ada wabah surra, kandang ternaknya masih terisi 20 ekor kerbau, namun kini telah kosong, karena 14 keor dintaranya telah mati.
Umbu Routa Praing
“Kerbau saya nafsu makan tiba-tiba turun lalu ada yang tidak bangun-bangun, ada pula yang sementara berdiri tiba-tiba taputar jatuh dan tidak bangun-bangun lalu mati. Ada 14 ekor yang mati, yang tersisa sekarang telah saya bawa jauh ke kampung agar tidak mudah terjangkit,” jelas Praing.
Dominan warga yang memiliki ternak cukup banyak melepas ternaknya di padang tanpa tali pengkitat. Namun sejak wabah surra menyerang, warga mulai cemas, ternak warga kini diikat dihalaman rumah agar lebih mudah dikontrol hingga lebih aman dari parasit penyebab penyakit surra yang dsebarkan lewat lalat dan nyamuk itu.
“Dulu saya lepas, sekarang saya ikat dekat rumah, biar mudah diawasi. Namun kalau nantinya terjangkit juga mau bagaimana lagi, saya hanya bisa pasrah,” ujar Wilhelmus warga desa Wairasa yang ditemui dipekarangan rumahnya saat sedang mengawasi lima ekor kudanya.(ion)



 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<



Jumat, 01 April 2011

Kades Letekonda Tewas Dibantai



Jumat, 1 April 2011 | 09:25 WIB


TAMBOLAKA, POS KUPANG.Com -- Kepala Desa (Kades) Letekonda, Kecamataan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya, Yohanes Ama Koni (60), Kamis (31/3/2011) sekitar pukul 04.00 pagi hari, tewas dibunuh 3 oknum pelaku. Sedangkan seorang anaknya, Denga (30), luput dari aksi kejahatan ketiga oknum pelaku itu meskipun menderita luka tebasan parang di telapak tangan kirinya.

 Ketiga oknum pelaku yang datang tiba-tiba itu langsung menyerang korban menggunakan parang. Korban ketika itu tidur di bale-bale (tempat tidur dari bambu--Red) dapur yang terletak di bagian belakang rumah besar. Akibat banyaknya luka tebasan parang, korban tewas di tempat. Belum diketahui motif pembunuhan.

Menurut keterangan yang diperoleh Pos Kupang di lokasi kejadian, Kamis (31/3/2011) pagi, korban meninggal dunia akibat menderita luka parah di beberapa bagian badan, yakni pipi kanan, kepala, rusuk kanan luka menganga lebar, paha kanan, jari kanan putus dan jari lainnya juga nyaris putus.

Usai beraksi, ketiga pelaku melarikan diri dan bersembunyi. Hingga pukul 15.30 Wita kemarin, aparat kepolisian Polsek Loura yang dipimpin Kapolsek Loura, AKP Slamet Teguh Eko Prasetio, Sik, di-backup anggota Polres Sumba Barat masih memburu ketiga oknum pelaku. Sementara untuk mengamankan lokasi kejadian (TKP), Polres Sumba Barat menerjunkan satu pleton Dalmas.

Suasana di rumah duka terasa sangat tegang karena keluarga dan warga sekitar marah. Terlihat warga bersiaga di sepanjang jalan raya menuju rumah duka. Di hadapan keluarga besar korban, Camat Loura, Aloysius B Bili, BA, mengimbau keluarga korban tenang, tak perlu memberikan reaksi apa-apa dan mempercayakan sepenuhnya kepada aparat kepolisian untuk mengejar, menangkap dan memroses ketiga oknum pelaku dengan mengganjarnya hukuman sesuai perbuatannya.

Menurut Bili, ia pertama kali menerima informasi pembunuhan itu dari Bupati dan Wakil Bupati Sumba Barat Daya, dr. Kornelius Kodi Mete dan Jack Malo Bulu melalui telepon selulernya sekitar pukul 05.00 Wita. Bupati dan wabub memerintahkan agar segera turun ke lokasi kejadian mengecek kebenaran informasi itu.

Berdasarkan informasi itu, kata Bili, ia lalu mengadakan koordinasi dengan Kapolsek Loura, AKP Slamet Teguh Eko Prasetio, S.Ik, dan langsung bergerak ke TKP. Di lokasi kejadian, mereka menemukan korban sudah tak bernyawa lagi. Untuk memastikan itu, Bili meminta dokter Puskemas, dr. Silvester, memvisum korban.

Sementara Denga (30), anak korban yang selamat dari pembunuhan, mengaku mengenal ketiga oknum pelaku pembunuh ayahnya. Kejadiannya, kata Dengan, sangat cepat sehingga dia tak sanggup memberi pertolongan kepada ayahnya. Waktu itu, ia sempat meminta ayahnya segera berlari masuk ke dalam rumah besar, namun tak sempat karena keburu ditebas oknum pelaku. Bahkan salah seorang pelaku langsung menyerangnya menggunakan sebilah parang hingga melukai telapak tangan kirinya saat ia meminta ayahnya segera masuk rumah besar. "Saya tak bisa berbuat apa-apa karena kejadian begitu cepat. Ketiga oknum pelaku langsung melarikan diri sesaat setelah membunuh bapak," kata Denga.

Sementara itu Kapolsek Loura, AKP Slamet Teguh Eko Prasetio, SIk, belum berhasil dikonfirmasi Pos Kupang di kantornya, Kamis (31/3/2011) karena masih memimpin pengejaran ketiga oknum pelaku pembunuh itu. (pet)


 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

Selasa, 22 Maret 2011

TN Segera Tertibkan Kegiatan Tambang PT Fathi Resources



Senin, 21 Maret 2011 | 09:43 WIB


 WAIBAKUL, Pos-Kupang.Com -- Kepala Balai Taman Nasional Manupeu Tana Daru, drh. Kuppin Simbolon, M.Sc, menegaskan, pihaknya segera turun ke lapangan untuk menertibkan aktivitas penambangan yang tengah dilakukan PT Fathi Resources yang diduga berlangsung dalam kawasan TN Manupeu Tana Daru.

Demikian tanggapan Kepala Balai TN Manupeu Tana Daru, drh. Kuppin Simbolon, M.Sc, menjawab pertanyaan Pos Kupang tentang masih berlangsungnya aktivitas penambangan PT Fathi Resources yang diduga berlangsung dalam kawasan Taman Nasional Menaupeu.

Dia ditemui di sela-sela acara lokakarya restorasi ekosistem di kawasan konservasi TN Manupeu Tana Daru, di Aula Kolping Waibakul, Sumba Tengah, Rabu (16/3/2011)

Menurut Kuppin, pihaknya hanya menertibkan kegiatan tambang PT Fathi Resources yang ada dalam kawasan taman nasional. Sedangkan kegiatan di luar kawasan bukan urusannya.
Misalnya kegiatan penyelidikan umum yang dilakukan PT Fathi Resouces yang diduga berlangsung dalam kawasan TN seperti di wilayah Palita Alira, Kecamatan Umbu Rau Nggay sebagaimana yang terjadi selama ini pihaknya akan ditertibkannya.

"Balai TN Manupeu Tana Daru hanya mengamankan peraturan sesuai SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 576/Kpts-II/1998 tanggal 3 Agustus 1998. Karena itu, sepanjang belum ada peraturan baru sebagai pengganti ketentuan yang ada maka pihaknya wajib mengamankan aturan tersebut. Sebab kalau tidak melaksanakan aturan tersebut justru pihaknya dipersalahkan," tegasnya.

Dikatakannya, sebagai kepala TN maka ia wajib mengamankan aturan yang ada. Tugas TN adalah mengamankan aturan. Dengan demikian, siapa pun yang melanggar aturan harus ditertibkan.

Menjawab Pos Kupang tentang polemik soal luas kawasan TN Manupeu Tana Daru yang berbeda dengan Pemda Sumba Tengah, dia mengatakan, pihaknya tetap mengamankan SK penunjukan 576/Kpts-II/1998 sepanjang belum ada SK baru dari Menteri Kehutanan.

Karena itu, pihaknya akan tegas menindak siapapun yang melanggar ketentuan sebagimana yang telah ditetapkan.
Dia menyarankan agar Pemda Sumba Tengah memanfaatkan ruang mereview kembali tata batas TN Manupeu Tana Daru dengan mengusulkannya kepada Menteri Kehutanan. Bila menteri setuju dan mengeluarkan peraturan baru maka pihaknya akan tunduk terhadap aturan baru itu. (pet)


>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<


60 Persen Desa di Sumtim Belum Nikmati Air Bersih



Rabu, 23 Maret 2011 | 09:41 WIB
 
WAINGAPU, Pos-Kupang.Com---Layanan cakupan air bersih di wilayah Kabupaten Sumba Timur hingga saat ini masih jauh dari harapan. Sejauh ini baru baru sekitar 32,6 persen warga pedesaan yang menikmati layanan air bersih atau masih sekitar 60 persen lebih warga desa yang belum terjangkau pelayanan air bersih. Sementara masyarakat perkotaan ada 64,4 persen yang menikmati layanan air bersih.



Demikian diungkap Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora, saat membuka kegiatan Musrenbang tingkat Kabupaten Sumtim di Waingapu, Senin (21/3/2011). Menurut Bupati Gidion, layanan air bersih bagi warga berdasarkan target yang ditentukan millennium development goals/MDGs pada tahun 2015 di mana 60 persen masyarakat pedesaan dan 80 persen masyarakat perkotaan terlayani air bersih. Namun realitas yang terjadi saat ini, cakupan layanan layanan air bersih untuk masyarakat pedesaan baru mencapai 32,6 persen dan untuk warga perkotaan baru 64,4 persen. "Tentunya ini masih jauh dari harapan kita bersama," ujar Gidion.

Gidion menambahkan, di sisi lain keterbatasan air bersih ini juga menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Hal ini diikuti dengan keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan yang menjadi tantangan yang perlu segera diatasi. Pemerintah bertekad melakukan berbagai upaya menjawabi tuntutan tersebut dengan berbagai terobosan. "Tahun 2011 kita akan membuka program kebidanan di Waingapu yang bisa menampung anak-anak kita," jelasnya.

Persoalan kesehatan lain yang sementara dihadapi, kata Gidion, adalah angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Angka kematian bayi 16,3/1000 kelahiran pada 2010, diharapkan bisa diturunkan menjadi 10/1000 kelahiran pada 2015. Sementara angka kematian ibu melahirkan 172/1000 kelahiran pada tahun 2009 akan diturunkan menjadi 150/1000 kelahiran pada tahun 2015.

Dia menambahkan, untuk mewujudkan target yang ingin dicapai pada tahun 2015 berdasarkan visi dan misi pemda setempat, maka perlu partisipasi warga. Peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Setiap program yang telah dicanangkan pemerintah akan terhambat dalam pelaksaanannya apabila tidak didukung warga. "Peran serta masyarakat sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan masih dirasakan belum optimal," tegasnya. (ee)


 
Masalah Utama Kemiskinan

 
KABUPATEN Sumba Timur sebenarnya bukan ketiadaan potensi yang bisa dikembangkan untuk pengentasan kemiskinan. Daerah ini memiliki segudang potensi. Ibaratnya terdapat segudang tambang emas yang bisa diolah dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup warga.
Namun hingga saat ini, potensi-potensi itu belum dioptimalkan.

"Sumba Timur bukan ketiadaan potensi yang bisa dikembangkan, akan tapi masih rendahnya kemampuan untuk memanfaatkan setiap peluang dan potensi yang ada menjadi kendala dalam mengurangi angka kemiskinan di daerah ini," kata
Bupati Gidion Mbilijora, di Waingapu, Senin (21/3/2011).

Salah satu penyebab kemiskinan di daerah ini adalah terbatasnya lapangan kerja yang tersedia, terutama yang membutuhkan keahlian dan keterampilan pada tingkat pendidikan tertentu. Selain itu, pertumbuhan lapangan kerja yang tidak sebanding dengan angkatan kerja, juga dapat menimbulkan masalah pengangguran.

Ke depan, kata Gidion, perlu ada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda setempat. Rendahnya kualitas SDM di daerah ini berkaitan erat dengan masih rendahnya kemampuan ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Ketiga faktor tersebut memegang peran penting dalam peningkatan kualitas SDM.

Upaya peningkatan SDM di daerah tersebut selama ini terus dilakukan dari tahun ke tahun. "Kita bisa lihat dengan semakin meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yakni 59,6 pada tahun 2005 meningkat menjadi 60,26 pada tahun 2008. Dan meningkat lagi menjadi 60,80 pada tahun 2009, kita juga harapkan terus meningkat menjadi 65 pada tahun 2015," kata Mbilijora. (ee)

>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<


Perangi Perjudian/Pencurian Pakai Sumpah Adat




Selasa, 15 Maret 2011 | 09:20 WIB

 
 WAINGAPU, Pos-Kupang.Com -- Perjudian dan pencurian adalah tindakan tidak terpuji dan tidak produktif yang merugikan masyarakat. Hal ini akan melahirkan tindak kejahatan lainnya.

Karena itu, masyarakat dan Pemerintah Desa Kuta, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur, melakukan aksi sumpah adat untuk memerangi dan mengurangi berbagai tindakan
kriminal yang terjadi di daerah itu, khususnya pencurian dan perjudian.

Wakil Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Kuta, Lukas Panji Anakami, ditemui di aula Kantor Desa Kuta, Kanatang, Sabtu
(12/3/2011) siang, mengatakan, pemerintah desa setempat bersama warga telah menetapkan sejumlah peraturan desa (perdes). Beberapa perdes yang telah ditentukan, antara lain melarang perjudian, pencurian, hutan masyarakat, minuman keras serta wajib pendidikan.

"Selain menetapkan perdes, kita juga mengukuhkannya dengan cara sumpah adat agar kesepakatan ini bisa dilaksanakan dengan baik," katanya.

Lukas mengatakan, perjudian dan pencurian merupakan bentuk tindak kriminal yang tidak boleh dipelihara dan harus diperangi di wilayah ini. Hal ini dilakukan dengan penetapan perdes dan juga sumpah adat.

Selain itu, apabila ada oknum masyarakat yang melanggar, maka alam yang akan bertindak untuk memberikan teguran.
"Memang pernah ada kasus pencurian yang kita tangkap dan telah kita bina dengan memberikan denda adat serta diarak keliling kampung," jelasnya.

Pulu menambahkan, salah satu tradisi yang kurang mendukung peningkatan ekonomi warga di wilayah ini adalah pesta perkawinan dan acara adat kematian.

Biasanya hajatan adat seperti itu banyak pemborosan dan berdampak pada kemiskinan. Hal ini yang perlu dibatasi dan diatur dalam perdes.

Selain itu, tradisi sebelumnya yang mana mayat disimpan berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan baru dimakamkan akan dibatasi juga.

"Sebelumnya kalau ada orang mati bisa makan waktu
di atas 20 hari baru dikubur. Sekarang kita batasi maksimal 12 hari," tegasnya.

Hal senada dikatakan Kepala Desa (Kades) Kuta, Hans Hamba Pulu. Dia menjelaskan, untuk mewujudkan perubahan di desa ini perlu dilakukan reformasi budaya. Tradisi-tradisi yang selama ini dinilai sebagai pemborosan dan tidak bernilai tambah bagi masyarakat perlu dikurangi.

"Hal ini tidak bermaksud mengurangi nilai-nilai tradisi yang telah diwariskan para leluhur, tapi harus lebih bijak dalam menjalankan tradisi itu," tandasnya. (ee)


Tingkatkan SDM Warga Kuta

SUMBER daya manusia (SDM) merupakan salah satu kunci utama pembangunan suatu daerah. Melalui peningkatan SDM yang cukup memadai, seseorang mampu melakukan perubahan-perubahan dan bisa meningkatkan taraf hidup ekonomi keluarganya.

Selain itu, tanpa SDM yang memadai berbagai potensi dan kekayaan atau sumber daya alam yang ada tidak akan bermanfaat. Sebaliknya, potensi-potensi yang ada menjadi tidak berguna dan terkadang salah pemanfaatannya karena keterbatasan SDM.

"Kita perlu melakukan reformasi budaya untuk meminimalisir berbagai pemborosan saat pesta perkawinan atau pesta adat kematian di Desa Kuta," demikian Kepala Desa (Kades) Kuta, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur, Hans Hamba Pulu, saat ditemui di aula Kantor Desa Kuta, Sabtu
(12/3/2011) siang.

Dia menjelaskan, untuk mengatasi masalah peningkatan SDM
di Desa Kuta, pemerintah desa mengeluarkan dan menetapkan
peraturan desa (perdes) yang mengatur tentang wajib pendidikan. Wajib pendidikan bagi warga setempat sesuai dengan standar pendidikan nasional yakni wajib belajar sembilan tahun.

Apabila ada orangtua yang ingin meningkatkan pendidikan anaknya hingga perguruan tinggi, maka pemerintah desa menempuh kebijakan yang disebut dengan arisan pendidikan anak.

"Kalau ada anak-anak dari desa ini yang ingin melanjutkan pendidiakn ke jenjang perguruan tinggi, maka pemerintah desa akan mengundang seluruh warga untuk melalukan arisan pendidikan," jelasnya.

Arisan pendidikan yang akan dilakukan tersebut memiliki standar per kepala keluarga minimal senilai Rp 50.000. Dana yang akan dikumpulkan dalam arisan pendidikan akan disimpan dalam rekening sendiri atas nama anak untuk kepentingan biaya pendidikannya.

"Setiap anak berhak mendapat arisan pendidikan yakni pada tahap awal masuk kuliah dan pada semester lima," tandasnya. (ee)


>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<


Kadistan Sumtim Dukung Polisi




 Ungkap Raibnya Ribuan Botol Confidor

Rabu, 23 Maret 2011 | 10:27 WIB

 
WAINGAPU, POS KUPANG.Com -- Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Kabupaten Sumba Timur, Ir. Josis Djawa Gigy mengatakan, pemerintah mendukung upaya pihak kepolisian setempat dalam mengungkap kasus raibnya ribuan botol confidor dari gudang dinas yang dipimpinnya.

"Ini kan untuk kebutuhan banyak petani di daerah ini. Kalau hilang dari gudang seperti ini merugikan banyak pihak," katanya kepada Pos Kupang di Waingapu, Selasa (22/3/2011) siang.

Dikatakannya, raibnya ribuan botol confidor itu harus diproses sesuai aturan hukum yang berlaku. Untuk itulah maka pihaknya menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut kepada aparat penegak hukum.

"Siapa pun yang terlibat harus ditindak. Semua teman di kantor yang tahu proses pemasukan barang ke dalam gudang telah diperiksa polisi," katanya.

Djawa Gigy mengatakan, pengadaan obat pembasmi hama belalang (confidor) yang kemudian raib dari gudang dinas tersebut belum lama ini bertujuan mengantisipasi serangan hama belalang.

Selain itu, dana yang digunakan untuk pengadaan obatan itu bersumber dari dana
emergency. Sebab, obat pembasmi hama belalang itu merupakan kebutuhan petani untuk mencegah serangan hama yang sewaktu -waktu bisa terjadi.

"Sekalipun tidak ada hama tetapi stok obat harus selalu ada. Apalagi daerah ini rawan terhadap serangan hama belalang," katanya. (ee)


>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<


The Pasola Horseback Fighting Festival in West Sumba Island of Indonesia



 The island of Sumba is well known of its sandalwoods, horses, impressive megalithic tombs, typical hand woven textile (“ikat”), and still untouched beautiful beaches. There are two entering point in to Sumba island from anywhere in the Lesser Waingapu & Waikabubak (Tambolaka). These are the people could enter Sumba for either by flight or boat
Sumba island covers an area of 11,150 square km which is now populated by about 350,000 people. Generally the climate similar to other part of Indonesia where a dry season (May to November), and a rainy season (December to April). The island of Sumba is well known of its sandlewood, horses, impressive megalithic tombs, typical hand woven textile (“ikat”), and still untouched beautiful beaches. There are two entering point in to Sumba island from anywhere in the Lesser Waingapu & Waikabubak (Tambolaka). These are the people could enter Sumba for either by flight or boat.

Sumba island has a great and unique position respect to the Sunda Banda archipelagoes, it is one of the biggest island on the East Nusa Tenggara region beside Flores and Timor. It represents an isolated sliver of probable continental crust to the south of active volcanic islands (Sumbawa, Flores ) within the forearc basin (Fig.1). It is situated to the north of passage from the Java Trench (subduction front) to the Timor Through (collision front).

It does not show still the effects of strong compression in contrast to islands of the outer arc system (Savu, Roti, Timor), while the magmatic units make up a substantial part of the Late Cretaceous to Paleogene stratigraphy.

Most Sumbanese are Christian (Catholic and Protestant), however, and part of them are still strongly keep their native and original religion called Marapu. Most cultural objects are related to the Marapu religion such as the shape of traditional houses, ceremonies, or kings’ graves and tombs.

The Customary houses designed in high-peaked roof to store the heirlooms and store. It is divided into male and female section, and generally surrounded by impressive megalithic tombs. Their famous ceremony are the wedding and funerals. where they usually sacrificed animals pigs, buffaloes, cattle, and horses.

The Megalithic tombs are made from the hard stone forming the megalithic shape. This covered by rectangle flat stone supported by four pillars about 1,5 meters high. The Megalithic tombs are actually located in the front of their houses.

A primitive Sumbanese art objects strongly related with a social functions of Merapu belief. The carved stones and wood statues are representing the death, Merapu, and as medium for their contact. Metal ornaments and jewelry are usually for wedding ceremonies, and are related to the social status.

The Pasola Festival ( Horseback Fighting Festival of Sumba )
 
 Pasola Festival is the name of ancient war ritual war festival by two groups of selected Sumbanese men. They riding their colorful decorated selected horses fling wooden spears at each other. This traditional ceremony held in the way of uniquely and sympathetically traditional norms, every year in February and March.

The festival occurs during February in Lamboya and Kodi. The main activity starts several days after the full moon and coincides with the yearly arrival to the shore of strange, and multihued sea worms – Nyale. The precise date of the event decided by Rato during the Wulapodu (the month of Pasola the fasting month).

Pasola is derived from the word Sola or Hola meaning a kind of a long wooden stick used as a spear to fling each other by two opponent groups of horsemen. The horses use for this ritual are usually ridden by braves and skilled selected men wearing traditional customs. In its wider and deeper meanings Pasola really not only is something worth looking on but also is something worth appreciating, for there are still other elements bound tightly behind it.

The people of Sumba believe that the ritual has a very close link to the habit of the people since it arranges the behavior and the habit of the people so that the balanced condition between the physical – material needs and the mental – spiritual needs can be easily created; or in other words the ritual is believed to be able to crystallize the habit and the opinion of the people so that they can live happily both in earth and in heaven. In addition to it, Pasola is also believed to have close relation to the activity in agriculture field, therefore any bloodshed (of sacrificial cattle or men participating in the game) is considered the symbol of prosperity that must exist. Without blood Pasola mean nothing to them. Those who died in the Pasola arena are believed to have broken law of tradition the fasting month.


>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<


Sumba Mendominasi Panas Bumi Indonesia



Kamis, 17 Maret 2011
 
 (Berita Daerah-Balnustra) Kebutuhan akan energi amat terasa. Salah satu yang ingin digalakkan akhir-akhir ini adalah energi panas bumi. Energi ini begitu melimpah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sumba pun akan menjadi tempat baru, yang mendominasi sentra panas bumi di Indonesia.

 Berdasarkan Perpres No. 5 Tahun 2006 pasal 2 ayat (2) huruf b, salah satu tujuan Ketahanan Energi Nasional (KEN) adalah terwujudnya energi mix yang optimal pada tahun 2025 dengan perincian, minyak bumi menjadi kurang dari 20%, gas bumi menjadi lebih dari 30%, batubara menjadi lebih dari 33%, batubara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2% dan Bahan Bakar nabati (BBN), panas bumi dan energi baru terbarukan menjadi lebih dari 5%.


Hal tersebut membuktikan bahwa begitu pentingnya panas bumi bagi hajat hidup masyarakat Indonesia. Semua daerah di Indonesia memiliki potensi panas bumi yang cukup besar.


Pulau yang akan didominasi oleh energi panas bumi saat ini barulah Sumba. Di sana sedang dilakukan studi pengembangan panas bumi, tepatnya di PLTP Mataloko. Sementara Bali, saat ini masih terkendala oleh masalah perizinan lokasi.


“Saya rasa sudah seharusnya dibutuhkan transparansi. Sementara di Indonesia, segalanya serba ribet. Semuanya harus melalui birokrasi. Seperti masalah perizinan. Pemda membuat segalanya menjadi lama. Hal ini yang membuat investor dan pihak pengembang menjadi berpikir dua kali." Tutur Sugiharto Harsoprayitno, Direktur Panas Bumi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, (Ditjen EBTKE) ketika dijumpai beritadaerah dalam acara “Geo Energi Monthly Discussion II: Harga BBM Naik, Saatnya Beralih ke Panas Bumi” di Hotel Atlet Century, Jakarta, Kamis (17/3/2011).


Masalah yang terbilang remeh tersebut akibatnya dapat menghambat pengembangan panas bumi di Indonesia. Di Indonesia sendiri, saat ini potensi panas bumi mencapai 28 ribu MW.


“Tetapi yang terpakai baru 1180 MW. Pengembangannya pun dibutuhkan peran pengusaha dan investor.” Kata Muhammad Soyfan, Kepala Divisi Energi Baru Terbarukan PLN.


>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

Senin, 21 Maret 2011

Jangan Biarkan Dia Tidur...

Petrus Piter
 
 
SUMBA Tengah penuh pesona. Tanahnya subur, alamnya hijau. Beriklim sejuk. Pun memiliki sumber daya alam yang sangat potensial bagi pengembangan berbagai usaha pertanian. Singkatnya, ada kehidupan, harapan, untuk menggapai masa depan yang lebih baik.

SUMBA Tengah penuh pesona. Tanahnya subur, alamnya hijau. Beriklim sejuk. Pun memiliki sumber daya alam yang sangat potensial bagi pengembangan berbagai usaha pertanian. Singkatnya, ada kehidupan, harapan, untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Tengoklah di sana. Ketersediaan air tanah terasa cukup untuk pengembangan usaha agrobisnis. Menanam berbagai jenis sayuran, lombok, tomat, bawang merah, bawang putih dan beragam jenis tanaman bumbu dapur lainnya. Semuanya bisa. Dan, hasilnya melimpah. Asalkan ada kemauan untuk berusaha. Lahan persawahan, apalagi. Pun tanah datar. Membentang luas di sepanjang Waibakul, ibukota Kabupaten Sumba Tengah. Namun karena pelbagai keterbatasan, lahan yang ada hanya dimanfaatkan sekali setahun. Kini, jangan biarkan dia (lahan) itu tidur pulas. Harus disiasati untuk ditanami aneka tanaman hortikultura, seperti sayur-sayuran dan bumbu dapur lainnya guna memenuhi kebutuhan masyarakat Sumba Tengah. Pola pikir dan pola tanam masyarakat yang selama ini hanya berorientasi konsumsi kini harus diubah dengan pola usaha agrobisnis. Menanam sayur-sayuran dan bumbu dapur, seperti bawang merah, bawang putih dan bumbu dapur lainnya, secara ekonomis menjanjinkan. Usaha ini tidak membutuhkan modal besar. Dana hanya untuk pengadaan bibit, pupuk dan lainnya. Cukup dengan kemauan keras dan keuletan kerja, seorang petani bisa meraih sukses di bidang usaha ini. Dukungan transportasi dan komunikasi antarkabupaten di Pulau Sumba yang semakin lancar memudahkan petani mengakses komoditi dagang keluar Sumba Tengah guna mendapatkan pangsa pasar memadai. Selama ini kebutuhan masyarakat Waibakul, ibukota Kabupaten Sumba Tengah, akan sayur-sayuran dan bumbu-bumbu dapur disuplai dari Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya, bahkan sebagian dari Bima, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Padahal bila rakyat menggeluti usaha sayur-sayuran justru mendatangkan rezeki lebih baik karena memiliki modal yang cukup, yakni tanah luas dan subur serta air tanah tersedia memadai. Sekarang tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkan peluang ini demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Di sinilah diperlukan peran strategis pemerintah memberdayakan warga lokal mengelola lahan dengan menanam berbagai jenis sayur-sayuran bagi kebutuhan rakyat daerah ini. Etos kerja masyarakat Sumba Tengah harus dipacu agar jeli memanfaatkan setiap peluang bagi kehidupan ekonomi keluarga. Misalnya, menggeluti usaha tanam sayur-sayuran, tomat, lombok, bawang merah, bawang putih dan jenis tanaman bumbu dapur lainnya. Andreas K Galimara, mantan anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Tengah periode 2004-2009, yang ditemui SPIRIT NTT di kediamannya di Katikuloku, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, Jumat (7/5/2010), mengatakan, secara umum otonomi daerah Sumba Tengah berjalan cukup baik. Penyelenggaraan pemerintahan berjalan lancar dan pembangunan mulai terlaksana di mana-mana, meski belum menjangkau seluruh wilayah Sumba Tengah. Untuk menjaga kesuksesan pelaksanaan otonomi daerah, maka rakyat harus mendukung pembangunan Sumba Tengah melalui ragam usaha agar berkembang lebih maju dan lolos dari evaluasi Depdagri. Andreas meminta pemerintah, dalam hal ini Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sumba Tengah dan Kantor Penyuluh Pertanian Sumba Tengah agar memanfaatkan petugas PPL membimbing petani menanam tanaman pertanian yang secara ekonomis mendatangkan keuntungan. Para petugas penyuluh pertanian tidak hanya bertugas membimbing petani menanam padi, jagung dan kacang-kacangan, tetapi juga menciptakan setiap ruang menjadi peluang usaha bagi petani agar kehidupan ekonominya semakin meningkat. Misalnya, petugas PPL memainkan peran strategis membimbing petani pasca panen menanam berbagai jenis sayur-sayuran dan bumbu-bumbu dapur lainnya demi memenuhi kebutuhan masyarakat Sumba Tengah. Diakuinya, selama ini sayur-sayuran dipasok dari Sumba Barat, Sumba Barat Daya dan Bima, NTB. Bahkan ina-ina yang menjual sayur keliling rumah dalam Kota Waibakul sebagian besar berasal dari Sumba Barat. Sesungguhnya usaha agrobisnis seperti menanam sayur-sayuran dan bumbu-bumbu dapur merupakan pekerjaan sederhana. Bercocok tanam merupakan warisan nenek moyang warga Sumba Tengah. Hanya saja orientasi usaha tani yang selama ini sebatas konsumsi perlu diubah ke arah bisnis. Karena itu, sudah saatnya pemerintah memfungsikan PPL berkarya nyata dalam masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan rakyat daerah ini. Bila semua berjalan baik akan melahirkan petani sukses di daerah ini. Keberhasilan PPL menciptakan petani sukses di daerah ini secara tak langsung menjadi kebanggaan dan kesuksesan kepemimpinan pemerintahan sekarang. Sebab ukuran kesuksesan otonomi daerah adalah meningkatnya kesejahteraan rakyat. (petrus piter) (Pos Kupang)
 
 
 

 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

 

Minggu, 20 Maret 2011

‘Kepala Ukir’ dari Tana Rara: Melestarikan Tradisi & Budaya Leluhur dalam Aneka Keterbatasan

Senin, 21 Februari 2011 20:36













Jeferson Tamo Ama
Hamparan padang sabana mendominasi karateristik alam pulau Sumba, khususnya Kabupaten Sumba Timur (Sumtim). Merupakan pemandangan yang lumrah melihat ternak dilepas bebas tuk merumput. Tidak hanya itu, padang sabana dengan sedikit pepohonannya juga dijejali bebatuan cadas.
Batu-batu cadas ternyata memiliki makna tersendiri dalam budaya Sumba yang dikenal dengan budaya megalithnya. Namun sayang, seiring bergulirnya waktu dan derasnya arus globalisasi, tangan-tangan telaten pengukir atau pemahat batu bermotifkan khas tradisi budaya Sumba, kian sulit untuk ditemui.
Jeferson Tamo Ama, pria lajang yang kini berusia 31 tahun, bermukim di Tana Rara, Kecamatan Matawai Lapawu, sejak beberapa tahun silam merasa terketuk hatinya untuk melestarikan tradisi ini. Walau bukan dari keluarga pemahat atau pengukir, Ama demikian biasa ia disapa, secara otodidak dan dengan hanya bermodalkan alat pahat seadanya mulai menggeluti pekerjaan ini.













Penji bentuk orang
Konsep atau pola yang hendak dibuat diakuinya telah ada di kepalanya, baru kemudian Ama yang sesewaktu dibantu kerabatnya menuju gunung untuk memilih batu sebagai bahan mentah karya seninya.
Ama memiliki cara tersendiri jika hendak mengambil batu dari gunung, tak pernah sekaliun ia melupakan kuasa Sang Khalik, dan restu leluhur. Diawal setiap pekerjaannya selau diawali dengan doa untuk memohon bantuan Yang Kuasa dan restu dari leluhur atas upaya dan tekadnya.
Tak ada alat modern yang dipakainya untuk bekerja. Sebuah serba manual, menggunakan linggis dan pahatan sederhana untuk menggali dan merapikan batu pilihannya. Kemudian digelindingkan menuju halaman rumahnya, untuk selanjutnya mulai dibentuk tangan kreatifnya.


Hasil karyanya yang oleh orang Sumba Timur dikenal dengan istilah ’Penji’ kini mencapai lebih dari seratusan karya. Sebagian telah dibeli oleh para kolektor seni dalam dan luar negeri, sebagian lagi telah menghiasi makam para bangsawan dan tokoh adat Sumba. Tentunya pula menghiasi kediamannya yang sederhana.












Penji bentuk lain
Bermodalkan tekad, kegigihannya, walau tertatih Ama masih terus bertahan menggeluti dunianya. Lirih Ama mengakui, belum sepeserpun bantuan atau sokongan modal dari pemerintah setempat untuk membantu dalam usahanya ini. Namun paling tidak, sebagai apresiasi warga sekitar atas kerjanya, Ama mendapat julukan ’kepala ukir’ oleh keluarga dan tetangga sekitar.
Kerasnya batu cadas, sepertinya tak sekeras tekadnya untuk terus berkarya. Tidak hanya mengukir dan memahat batu cadas, Ama juga mencoba untuk mengukir kayu dan tanduk. Dengan segala keterbatasannya ama masih memiliki mimpi dan tekad untuk memahat dan mengukir batu cadas ’penji’ untuk mencatatkan diri dan pulau Sumba dalam catatan rekor Muri.















Penji bentuk singa
”Kalau bicara modal finansial, jujur dari hati saya katakan saya tidak mampu dan tentunya mengaharapkan bantuan dari pemerintah agar peduli dan membuka mata pada upaya saya untuk melestarikan tradisi. Jujur hingga kini belum sepeserpun dana bantuan dari pemerintah saya terima. Walau pernah saya mencoba untuk mengetuk hati pemerintah lewat Dinas terkait. Sekalipun tidak ada bantuan dari pemerintah, saya tetap bertekad untuk membuat rekor Muri bahwa saya dan Sumba Timur adalah pembuat batu penji terbesar. Awalnya mungkin saya buat penji berukuran lebar 2 meter dan tinggi delapan meter. Namun bisa saja nanti lebih dari itu. Tekad itu hanya bisa hilang jika nafas dan roh saya diambil Sang Pencipta,” jabarnya. (ion)





   >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<< 






Kehidupan Sumba dari Dua Sudut Berbeda






Dua fotografer, satu dari Perancis dan satu dari Bali, memamerkan karya-karya foto mereka tentang Sumba di galeri Alliance Francaise Denpasar. Pameran berjudul Mort A Sumba, Images de Vie atau Kematian di Sumba: Potret Kehidupan itu memperlihatkan foto-foto tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba.
Menggunakan dua sudut pandang berbeda, Andre Graff dari Perancis dan Ari Antoni dari Bali merekam keseharian warga pulau di bagian timur Indonesia tersebut. Andre, warga negara Perancis, telah menempuh berpuluh ribu jalan di seluruh dunia. Dia meninggalkan kehidupan yang mewah di Perancis lalu pindah ke Timur.
Setelah bepergian pertama di tahun 2004, dia kembali lagi di tahun 2005 untuk menyerahkan lebih dari 3500 foto kepada orang-orang yang telah dipotret. Dia menetap di Nusa Tenggara Timur untuk melimpahkan air bersih di Sumba dan Savu, selama tiga tahun dia telah membuat 12 sumur. Sumur ketigabelas baru saja selesai tanggal 8 Juni yang lalu.
Foto-foto yang dia pamerkan merupakan ringkasan dari kumpulan fotonya yang berjumlah sekitar 25.000 foto! Dia berusaha menyenangkan tiap orang-orang yang difotonya dengan memperlihatkan kembali foto-foto itu pada orang-orang di atas sampan, dalam, gubuk bambu, di rawa-rawa, dan sebagainya.
Andre memang punya misi untuk menyenangkan orang dengan foto-fotonya. Selain dengan menunjukkan foto di laptopnya pada orang yang dia foto, Andre juga mencetak foto orang yang dia foto lalu diperlihatkan ke orang yang difoto. Dia lakukan itu kepada orang-orang di Pulau Sumba, Sabu, Alor.
Sedangkan Ari Antoni adalah mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Antroplogi yang beberapa kali mengunjungi dan tinggal di Sumba. Selain melakukan penelitian bersama dosen maupun untuk tugas akhirnya, Antoni menyalurkan hobi fotografinya. Dia merekam anak-anak bermain ayunan, bangunan gereja, perempuan mengambil air, nenek merajut jala, dan seterusnya.
Kerbau Sumba
Salah satu karya Antoni memperlihatkan empat orang memegang kerbau dan satu orang mengayunkan pedang menebas leher kerbau tersebut. Bagi masyarakat Sumba, kerbau biasa dipakai sebagai perayaan ketika ada kematian di keluarga mereka. Foto ini terlihat dramatis karena kerbau tersebut berdiri dengan leher menganga akibat ditebas. Melalui foto ini, Antoni memperlihatkan bahwa kematian bagi orang Sumba justru sebuah perayaan.
Di foto lain, Toni memperlihatkan foto di dalam sebuah gua. Ada aroma mistis dalam fotonya yang cenderung gelap tersebut.
Tiga puluh foto karya dua fotografer ini akan dipamerkan pada 11 Juli hingga 2 Agustus 2009 mendatang.
Pameran yang dibuka pada Sabtu, 11 Juli 2009 lalu oleh Bupati Sumba Barat Daya, Dr Cornelius Kodi Mete, ini mempertemukan dua sudut pandang tentang Sumba. Tidak hanya karena secara geografis, Andre memotret di sebagian besar di Sumba Barat sedangkan Antoni di Sumba Timur.
Melalui foto-fotonya, Andre dan Antoni, memperlihatkan bahwa kematian di Sumba yang bagi banyak orang adalah akhir kehidupan, ternyata justru jadi perayaan tentang kehidupan. [b]



 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<< 

Jumat, 18 Maret 2011

WISATA SUMBA BARAT

WISATA SUMBA BARAT
Denpasar (Antara Bali) - Tarian Kataga dari Sumba Barat dipentaskan oleh sejumlah penari pada kegiatan Presentasi Potensi Budaya Sumba Barat di Kuta, Jumat (11/3). Pada kesempatan yang dihadiri 80 perusahaan agen perjalanan itu, Bupati Sumba Barat Jubilate Pieter Pandango menyampaikan presentasi mengenai potensi wisata di wilayahnya. FOTO ANTARA/Tunggul Susilo/ Disiarkan: Jumat, 11 Maret 2011 16:39 WIB
 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

Sumba Barat Promosi Pariwisata Unik Lewat Bali




 Kuta (Antara Bali) - Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mempromosikan keunikan budaya setempat melalui Bali, dengan harapan akan mampu menjadi primadona baru dunia pariwisata di kawasan timur Indonesia.
 "Daerah kami penuh dengan keunikan budaya. Sedikitnya ada dua agenda budaya yang tidak ditemukan di belahan dunia lain, yakni pertandingan Pasola dan ritual Bulan Suci Wulla Poddu atau Bulan Permai," kata Bupati Sumba Barat Jubilate Pieter Pandango, SPd, MSi di Kuta, Bali, Jumat.

Ia menyampaikan hal itu saat mempresentasikan potensi budaya Sumba Barat di hadapan sekitar 80 perusahaan agen perjalanan dari Bali, yang juga dihadiri Ketua DPD Asita Bali All Purwa.

Acara yang ditujukan untuk memperkenalkan beragam potensi pariwisata Sumba Barat kepada para pelaku Pariwisata di Bali itu, mendapat sambutan antusias dari puluhan pengusaha agen perjalanan yang selama ini banyak mengirim wisatawan ke daerah timur Indonesia.

Hal itu mengingat Kabupaten Sumba Barat memiliki potensi pariwisata budaya yang unik bernuansa spiritual, wisata petualangan seperti menjelajahi perbukitan dan goa-goa alam yang spesifik, serta wisata bahari dengan puluhan pantai eksotik yang masih "perawan'.

Wisata budaya kental dengan nuansa spiritual, menurut Bupati Jubilate, karena masyarakat daerahnya masih memelihara tradisi nenek moyang yang dulu menganut kepercayaan "Marapu".

Kepercayaan itu berakar hingga kini dan menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Seperti penyajian sirih dan pinang yang digunakan sebagai pelengkap upacara dan persembahan kepada leluhur, hingga emas adat seperti "mamuli" dan "maraga" yang hingga kini masih digunakan sebagai mas kawin.

Masyarakat Sumba Barat juga masih mewarisi tradisi megalitikum, seperti menjaga keberadaan batu kubur yang usianya lebih tua dari piramida Mesir.

"Khusus bagi masyarakat penganut Marapu yang terbagi dalam 12 kabisu (desa adat) dan hidup di puluhan kampung adat tersebar di daerah kami, juga masih melakukan ritual Pasola dan Wulla Poddu," kata Jubilate.

Ritual Pasola atau atraksi pertandingan berkuda sambil melempar lembing, merupakan satu-satunya atraksi adat yang hanya ada di Pulau Sumba. Atraksi tersebut sebagai ajang untuk menunjukkan jiwa ksatria para pemuda Sumba, khususnya Sumba Barat.

Pasola merupakan upacara adat yang terangkai dengan beberapa ritual adat lainnya seperti Nyale dan tinju tradisional Pakujil.

Sedangkan upacara Wulla Poddu, menurut Jubilate, juga sangat menarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Upacara itu berlangsung satu bulan penuh, setiap harinya diisi beragam ritual unik, dan kaya dengan nilai filosofi dan spiritual.

"Misalnya ritual membaca peruntungan melalui usus ayam. Hal-hal unik itu masih terus tumbuh, sehingga akan mampu menarik minat kunjungan wisatawan di tengah kebosanan hidup normal," ujarnya.

Demi menggiatkan kedatangan turis ke Sumba Barat, Bupati Jubilate secara pribadi mengundang para pelaku pariwisata yang hadir untuk menginap gratis di Waikabubak.

"Anda semua saya undang dan saya berikan fasilitas menginap gratis di hotel saya," ujarnya disambut tepuk tangan meriah para pelaku pariwisata.

Dalam acara itu, Ketua Asita Bali Al Purwa menyampaikan bahwa Pulau Sumba, khususnya Sumba Barat, dekat dengan Pulau Komodo, yakni perjalanan laut kurang dari satu jam.

Hal itu merupakan peluang dalam mendukung kemajuan dan pengembangan pariwisata Sumba Barat. "Sekitar dua tahun lalu saya kerap ke Sumba. Kami optimistis terhadap kemajuan pariwisata Sumba Barat," ucapnya.

Dikaui bahwa atraksi budaya dan keindahan alam Sumba Barat tergolong luar biasa, sehingga layak untuk segera dikembangkan.

Namun kehadiran investor dan kebijakan para pelaku wisata untuk mengajak turis ke Sumba Barat, perlu diiringi dengan kemajuan fasilitas dan sarana yang diperlukan, kata Al Purwa berharap.

"Sekarang dalam satu minggu sudah ada 14 penerbangan dari Denpasar ke Bandara Tambolaka. Ini sangat memudahkan kita untuk membawa turis ke tanah Sumba," ucapnya.

Namun pelayanan dari pihak pemerintah dan pelaku pariwisata di Sumba, juga harus terus ditingkatkan.

Untuk mendukung peningkatan SDM pariwisata, Al Purwa menyarankan perlunya Pemkab Sumba Barat segera merintis pembukaan sekolah pariwisata.(*)


 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

60 Anak di NTT Terinfeksi , Kompas



Senin, 14 Maret 2011


Kupang, Kompas – Sebanyak 60 anak usia 0-15 tahun di Nusa Tenggara Timur terinfeksi virus HIV. Jumlah kasus HIV/ AIDS se-NTT per Desember 2010 mencapai 1.335 kasus, naik hampir 100 persen dibanding tahun 2009 yang ada 670 kasus.
Ada 40 kasus HIV/AIDS pada anak usia 0-5 tahun dan 20 kasus pada usia 5-15 tahun. Mereka tertular melalui orangtuanya.
Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi NTT, Gusti Brewon, Kamis (10/3) di Kupang, mengatakan, ”Jumlah kasus naik cepat karena sebelum 2009 banyak kabupaten/kota belum melapor. Kasus HIV/AIDS menyebar cepat, 93 persen melalui hubungan heteroseksual. Jumlah yang tercatat di dinas kesehatan provinsi belum mewakili semua kasus HIV/AIDS di NTT.”
Dalam pertemuan advokasi HIV/AIDS se-Pulau Sumba yang dipimpin Sekretaris KPA Nasional Nafsiah Mboy, Kamis, pemerintah empat kabupaten di Sumba mengakui, banyak kasus HIV/AIDS di daerah itu belum terdata.
Berdasarkan data Dinkes NTT, HIV/AIDS di Sumba Timur 12 kasus, ternyata laporan terbaru Dinkes Sumba Timur 34 kasus, di Sumba Tengah belum ada kasus, ternyata ada sembilan kasus, dan di Sumba Barat Daya dua kasus, ternyata 10 kasus. Hal serupa terjadi di 17 kabupaten/kota lain di NTT.
Persoalan utama bukan banyak atau sedikitnya kasus, tetapi bagaimana upaya mengatasinya. HIV berkembang cepat terkait mobilitas penduduk dan kemiskinan yang menimpa 1,3 juta warga di NTT. Gizi buruk mempercepat perkembangan HIV.
Menurut Brewon, tidak hanya warga biasa, petugas kesehatan pun belum semuanya memahami masalah HIV/AIDS. Hal itu diakui Frengki Touw, dokter di Rumah Sakit Umum Yohannes, Kupang. (KOR)


 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

2 Pabrik Bijih Besi Akan Berproduksi di NTT

 
 
Minggu, 27 Februari 2011 - 14:00 wib
Widi Agustian - Okezone
Ilustrasi : Corbis.comJAKARTA - Merukh Enterprises, melalui anak usahanya PT Merukh Iron & Steel menggandeng Paul Wurth S.A dan SMS Siemag AG, membangun dua pabrik pengolahan bijih besi di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pembangunan pabrik itu bertujuan mengakselerasi posisi Indonesia sebagai negara industri yang kuat di Asia Tenggara pada 2025

Penandatanganan kerja sama itu dilakukan antara lain Presiden Direktur & CEO Merukh Enterprises Rudy Merukh, Direktur Eksekutif PT Sumba Prima Iron Gustaaf Y N Merukh, Executive Vice President Project Development SMS Siemag Jens Kempken, dan Chief Representative Paul Wurth Karel E Hallatu.

Turut menandatangani kerja sama itu Direktur PT Merukh Iron & Steel Musana H A Merukh dan Direktur Proyek Siemag Hans Ulrich Breuer.
 

“Dua pabrik pengolahan bijih besi itu masing-masing berkapasitas 2x3,5 juta ton per tahun dan rencananya akan beroperasi pada 2015 mendatang. Nilai investasi dua pabrik itu sekitar 20 miliar euro,” ujar Rudy Merukh, di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya, Minggu, (27/2/2010).

Gustaaf mengatakan, total investasi untuk pembangunan dua pabrik itu mencapai 35 miliar euro. Selain investasi dua pabrik, pembangunan infrastruktur dasar seperti pembangkit listrik, instalasi air, area perkantoran dan pelabuhan mencapai 10 miliar euro. Sementara itu, alokasi untuk corporate social responsiblility (CSR) sebesar 5 miliar euro.

Pabrik baja di Sumba Barat, lanjut dia, diperuntukkan mengolah bijih besi dari hasil eksplorasi PT Sumba Prima Iron, anak perusahaan Merukh Enterprises di daerah tersebut. Cadangan bijih besi di Sumba Barat mencapai 977 juta metrik ton dengan kadar 68% Fe.

Sementara itu, pabrik baja di Sumba Timur akan mengolah tambang bijih besi PT Sumba Prima Iron di daerah itu dengan cadangan sebesar 1.000 juta metrik ton pada kadar yang sama.

“Kami sedang dalam persiapan untuk memproduksi bijih besi dari kedua tambang tersebut. Hasil eksplorasi zaman Belanda, data ESDM di Bandung, dan foto satelit yang kami miliki mendukung cadangan bijih besi tersebut,” katanya.

Rudy menambahkan, kehadiran dua pabrik itu akan menyumbang nilai tambah dan multiplier effect yang signifikan untuk kepentingan daerah dan nasional, terutama upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, pihaknya sangat mengapresiasi kesediaan Paul Wurth dan SMS Siemag dalam membangun dua pabrik tersebut.

“Pembangunan dua pabrik di Sumba itu akan memanfaatkan potensi sumber daya alam khususnya bijih besi yang besar di Sumba dan bertujuan mengakselerasi posisi Indonesia sebagai negara industri yang kuat di Asia Tenggara pada 2025,” katanya.

Menurut Gustaaf, sesuai rencana dua pabrik pengolahan bijih besi tersebut akan memasuki tahap konstruksi pada Agustus 2013 mendatang. Pihaknya bersama Paul Wurth dan SMS Siemag segera melakukan penyelidikan teknis untuk mempercepat proses studi kelayakan demi mematangkan pembangunan dua pabrik pengolahan bijih besi tersebut.

“Kami sangat yakin dengan pasar baja ke depan, karena produksi dua pabrik baja kami itu hanya mencukupi sepertiga dari kebutuhan baja RI pada tahun itu. Diperkirakan pada 2020 kebutuhan baja Indonesia mencapai 20 juta ton per tahun, dan 2030 sebesar 30 juta ton per tahun,” kata dia.(rhs)



 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

Traffic Light Tidak Berfungsi



Laporan Jhon Taena
Jumat, 18 Maret 2011 | 09:38 WIB

 
WAINGAPU, Pos-Kupang.Com - Lampu lalu lintas (traffic light) di pusat Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, tidak berfungsi. Sejumlah tiang yang terpasang lampu lalu lintas hanya sebagai pajangan sehingga rawan kecelakaan lalu lintas.
Pantauan Pos Kupang di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Kamis (17/3/2011), kurang lebih ada enam titik ruas jalan yang dipasang lampu lalu lintas, namun rata-rata traffic light yang terpasang di perempatan atau pertigaan jalan tidak berfungsi.

Pengamatan Pos Kupang, kurang lebih dua titik jalur jalan
di Kota Waingapu dipasangi traffic light. Satu dari dua
titik lampu tersebut berada di pusat kota, yakni perempatan ruas Payeti, yang baru difungsikan sekitar lima hari lalu.
Selebihnya di pertigaan ke luar kota dan pusat perkantoran pemerintah yang belum diperbaiki.

Akibat tidak berfungsinya traffic light, setiap kendaraan yang
melintas sering melakukan pelanggaran. Hal ini berpotensi terjadi lakalantas.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang di Waingapu, Kamis (17/3/2011), menyebutkan, sejumlah traffic light yang ada di Kota Waingapu sudah tidak berfungsi sejak satu tahun silam. Namun hingga saat ini belum ada upaya pemerintah melalui instansi terkait untuk memperbaikinya. "Hampir semua lampu pengatur lalu lintas tidak berfungsi sekitar satu tahun ini," demikian Ny. Martha, warga Kota Waingapu.

Dia minta Pemda Sumba Timur melalui instansi teknis agar memperhatikan masalah traffic light yang tidak berfungsi. Hal ini untuk membantu arus kendaraan dan pengguna jalan lainnya. Selain itu, menghindari kasus laka lantas yang rentan terjadi di perempatan jalan. (ee)

Optimalkan Traffic Light

LAMPU lalu lintas di pusat kota sangat penting untuk mengatur lalu lintas kendaraan bermotor. Traffic light dibangun di pusat kota agar tidak terjadi kemacetan. Selain itu, memudahkan pejalan kaki untuk menyeberang di jalan raya. Dengan demikian lakalantas bisa diminimalisir.

Di kota besar, berbagai agenda kerja bisa terhambat apabila terjadi kemacetan di salah satu titik traffic light. Di Waingapu, Ibukota Kabupaten Sumba Timur, yang cukup ramai dengan arus lalu lintas, telah diterapkan traffic light. Kurang lebih terdapat dua titik ruas jalan yang telah dipasangi lampu pengatur lalu lintas. Namun lampu ini belum dioptimalkan. Masyarakat belum menikmati manfaatnya. Hal ini karena sebagian besar traffic light tidak berfungsi lagi.

"Dalam waktu dekat kita akan optimalkan traffic light yang ada. Selama ini tidak berfungsi karena ada kerusakan teknis," jelas Kepala Dinas Perhubungan Sumba Timur, Gerald H. Palakahelu, di ruang kerjanya, Kamis (17/3/2011).

Dia mengatakan, sejak satu minggu terakhir perhubungan sudah mulai membenahi kerusakan traffic light, namun sejauh ini baru satu titik traffic yang sudah berfungsi.

Selain itu, Dinas Perhubungan masih melakukan sosialisasi kepada pengendara tentang traffic light agar warga terbiasa dengan traffic light.

"Jadi untuk sementara kita masih sosialisasi dan fokus di satu titik yang telah berfungsi di Payeti karena masyarakat masih terbawa dengan lampu merah yang tidak berfungsi selama ini," jelasnya. (ee)


>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

Reformasi Budaya Sumba Kurangi Pemborosan (1)



Jumat, 18 Maret 2011 | 10:04 WIB
Oleh John Taena

 

PADANG savana yang terbentang luas di seantero Pulau Sumba sangat potensiL untuk pengembangan ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Itu sebabnya mengapa Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menetapkan Sumba sebagai salah satu pusat pengembangan ternak demi mewujudkan propinsi ternak.
 Ikon Sumba sudah jelas, Negeri Sandle Wood. Hal ini disebabkan kecintaan warga setempat terhadap kuda. Kuda sandel wood. Terkenal di seantero nusantara. Tanah Sumba juga tenar di dunia karena keunikan budayanya seperti pasola dan wisata budaya yang unik seperti kuburan megalitik, perkampungan adat dan sebagainya.

Namun keterkenalan suatu daerah belum tentu berbanding lurus dengan kemajuan masyarakat dan daerahnya. Masih banyak warga di pedalaman wilayah Sumba yang belum menikmati jalan aspal, listrik dan masih sangat terbatas akses terhadap sarana pelayanan publik seperti puskesmas dan sarana pendidikan dasar.

Kecamatan Kambata Mapambuhang di Kabupaten Sumba Timur adalah salah satu contoh. Wilayah kecamatan ini mencakup enam desa. Seluruh desa belum ada listrik. Sarana jalan serta alat transportasi menuju pusat kecamatan belum memadai.

Derajat kesehatan di desa ini, bahkan wilayah Sumba umumnya, masih memprihatinkan. Belum meratanya kehadiran sarana pelayanan kesehatan di semua wilayah mengakibatkan kualitas kesehatan masyarakat masih rendah. Kondisi ini diungkapkan pula Sekretaris Komisi Perlindungan Anak (KPA) Nasional, dr. Nafsiah Mboi dalam seminar penanggulangan HIV/AIDS se- daratan Sumba di Waingapu, Kamis (10/3/2011).

Menurut Nafsiah Mboi, angka kematian karena AIDS di daratan Sumba yang masih tergolong tinggi ini menandakan pelayanan kesehatan masih rendah. Persentase kematian akibat AIDS mencapai 70 persen, sementara untuk NTT 60 persen dan di tingkat nasional 16 persen. Sepanjang tahun 2010, ada 16 pasien HIV/AIDS yang meninggal dunia.

"Angka kematian paling tinggi dari total pasien yang kita tangani adalah AIDS," kata Direktur RSU Imanuel-Waingapu, dr. Danny.

Persoalan yang sama juga disampaikan Direktur RSUD Umbu Rara Meha Waingapu, dr. Chrisnawan Trihariantana.

Menurut dia, kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan tahun 2008. Selama periode 2008 hingga 2011 tercatat 30 penderita yang ditangani RSUD setempat. "Tahun 2011 (Januari sampai Februari 2011) ada delapan orang pasien, dan dua orang di antaranya sudah meninggal dunia," katanya.

***
Tapi saat ini geliat perubahan sudah mulai memancar dari desa. Desa Kuta di Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur, contohnya. Pemerintah desa setempat bersama tokoh agama, adat dan tokoh masyarakat sepakat melakukan reformasi budaya yang dirasa menghambat kemajuan masyarakat. Reformasi itu dilakukan melalui terbitnya Peraturan Desa (Perdes) yang disahkan pada hari Sabtu 12 Maret 2011.

Ada beberapa point penting reformasi yang dimuat dalam Perdes yang tidak hanya disahkan tetapi disusul sumpah adat. Itu artinya, Perdes tidak hanya memperoleh legitimasi formal yuridis tetapi dikuatkan dengan legitimasi adat dan budaya. Daya pengaruh dan mengikatnya makin kuat.

"Kalau sumpah adat ini dilanggar maka resiko ditanggung sendiri karena alam yang akan kasi teguran. Kita tidak bermaksud mengabaikan hukum formal tapi kalau ada sumpah adat ini maka akan lebih kuat lagi bagi kita untuk melakukan reformasi budaya," kata Wakil Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Kuta, Lukas Panji Anakami.

Point-point penting dalam Perdes tersebut antara lain melarang perjudian dan pencurian. Menurut Anakami, perjudian merupakan salah satu akar berbagai tindak kriminal. Kekacauan dalam rumah tangga dan pencurian merupakan akibat dari kecanduan berjudi.

"Kita tidak mau ini terjadi karena harus ada perubahan di desa kita dan mudah-mudahan menjadi contoh bagi desa-desa lain," katanya.

Hal senada dikatakan Kades Kuta, Hans Hamba Pulu. Point lainnya dalam Perdes tersebut yang juga merupakan inti reformasi budaya adalah pembatasan jumlah hewan yang disembelih saat upacara kematian maupun pesta adat lainnya.

Oleh sebab itu, lajutnya, perlu dilakukan reformasi budaya. Setiap warga Desa Kuta diharapkan agar mengikuti apa yang telah diwariskan secara turun temurun oleh leluhur orang Sumba. Namun hal-hal yang bersifat tidak produktif atau bersifat pemborosan perlu dikurangi. (bersambung)


>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

Kamis, 17 Maret 2011

Puisi-puisi Dody Kudji Lede

Senin, 17 Januari 2011 | 23:19 WIB


Lubang Dungu Pendidikan



 
Lubang di dinding kelas kami
Selubang prihatin pendidikan negeri kami
Lingkaran kecil menjebak cerdas
Salah menoreh jangan mimpi merdeka

Retak tembok kelas kami
Seretak kebijakan dengan alasan mutu
Sertifikasi jadi proyek para elite
Siapa ingin ia harus turut

Hanya di negeri ini otak di-standarisasi
Bertahun berilmu diuji sehari
Jika otak tak layak silahkan menyerah
Angkat tangan dan katakan tak mampu
Daripada komputer yang nanti bilang anda dungu.



Flobamora Bisa



Kamu, kamu, dan kamu.!!!
Apa yang kalian lakukan di sini???!!!
Kenapa kalian datang mengantar perbedaan untuk kami?
Kami sudah satu sekian lama tanpa beda

Apa maksud tuan??
Mencari sensasi??
Mencari ketenaran??
Kenapa harus datang ke negeri kami??
Kita beda negeri kan??
Kita beda bahasa kan??
Warna kulit kita beda.
Kenapa tuan tak pergi saja ke tuan punya tempat yang sama dengan tuan

Tolong tuan..
Jangan datang ke sini jika akhirnya tuan mengacau.
Kami tak butuh tuan punya provokasi
Kami butuh tuan, tuan punya aksi damai

Lihat darah ini tuan
Bedakah kita?
Lihat tulang ini tuan
Bedakah kita?
Tidak, kita tak beda,
Kita sama..
Kita lahir dari rahim bumi yang sama
Berdiri di pijakan yang sama
Berjalan pada jalan yang sama
Jika tuan sepakat hal ini
Maka mari kita berteman
Maka mari kita jadi saudara
Kita bangun negeri ini sama-sama
Dengan satu tekad yang sama

Mari kita satukan ide cemerlang
Mari kita ciptakan karya besar untuk negeri ini
Bumi flobamora tercinta
Tempat lahir tanah tumpah darah
Mari buang perbedaan
Jika kita semua Satu
Mustahil rintang datang melintang.

Kita ada di sini ini hari
bukan sembarang ada
karya besar telah tercipta
jejak inovasi penuh kebanggaan telah terpatri
terhasil dari semangat memberi yang terbaik

Kita ada di sini
untuk tunjukan pada dunia bahwa kita sangat mampu
hasilkan kreasi karya bagi sesama di dunia
bagi kemanusiaan
bagi kesejahtreraan

Ayooo.. bangkit Flobamora-ku
bangkit dari keterpurukanmu
buang jauh-jauh doktrin Nusa Tidak Tentu
bakar hingga abu Negeri Tidak Tentram
kita bisa jadikan Flobamora Negeri Tenang Tentram
kita bisa jadikan Flobamora negeri tempat tumbuhnya inovasi

Ayoooo Flobamora..
bangkit sekarang juga
mari suarakan kita bisa!!!
kita sangat bisa menggoyang dunia
kita sangat bisa membuat mereka terkesima
karena kita punya segalanya
karena kita satu
tanpa beda
karena negeri ini Negeri Tempat Tuhan berkarya


Puisi ini pernah dibacakan pada penganugrahan NTT Academia Award tanggal 18 Desember 2010 di Taman Budaya NTT-Kupang.


>>>>>>>>> waikamura sumba blog  <<<<<<<<

Naksir Batik, Ibu Negara Ceko Ingin ke RI



 Ini terungkap saat dia menyambangi anjungan Indonesia dalam suatu pameran di Praha

Selasa, 30 November 2010, 21:37 WIB
Renne R.A Kawilarang

 
 VIVAnews - Ibu Negara Ceko, Livia Klausova, mengaku tak sabar lagi ingin mengunjungi Indonesia tahun depan bersama suaminya, Presiden Vaclav Klaus. Rupanya, dia penasaran dengan kain-kain tradisional seperti batik dan tenun Sumba.

 Demikian ungkap Duta Besar Indonesia untuk Ceko, Emeria Siregar. "Ibu Negara Ceko nampak terkesan dengan beragam gaun dan baju batik yang dikenakan para penjaga anjungan Indonesia yang berhiaskan payung Bali, kain tenun Sumba dan wayang golek," kata Siregar.

Kesan itu diungkapkan Klausova kepada Siregar saat mengunjungi anjungan Indonesia di acara "International Christmas Bazaar" di Praha, Minggu 28 November 2010. Pada acara itu, Klausova juga membeli beberapa hasil kerajinan tangan dari Indonesia. Dia pun kian senang setelah menerima cinderamata berupa syal batik sutera berwarna hitam emas dari Dubes RI.

Maka, menurut Siregar, Klausova menyampaikan keinginannya untuk diajak berkunjung ke Indonesia oleh suaminya tahun depan. Pada pameran tahun ini, Darma Wanita KBRI Praha dan masyarakat Indonesia di Ceko menjual berbagai barang tradisional.

Selain aneka barang dari batik seperti baju, taplak meja, pernak-pernik perhiasan, juga dijual barang-barang dari tenun seperti kain dan tas. Makanan Indonesia seperti nasi kuning, nasi goreng, lemper, martabak, tahu isi dan ketan hitam juga laris dibeli oleh para pengunjung.

Menurut pejabat bidang Ekonomi KBRI Praha, Guntur Setyawan, bazar amal yang diselenggarakan oleh asosiasi isteri diplomat di Ceko ini diikuti lebih dari 40 negara dan beberapa organisasi internasional termasuk UNICEF. Seperti tahun-tahun sebelumnya kegiatan tersebut diadakan di Hotel Hilton Praha.

Acara tahunan ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Praha. Ratusan orang hadir dan antusias membeli barang khas dari berbagai negara. (umi)



>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<< 


Merukh Enterprises Bangun 2 Pabrik Bijih Besi

  

Nilai investasi dua pabrik di NTT itu sekitar € 20 miliar


 Minggu, 27 Februari 2011, 14:04 WIB
Ita Lismawati F. Malau, Iwan Kurniawan


VIVAnews – Merukh Enterprises melalui anak usahanya PT Merukh Iron & Steel menggandeng Paul Wurth S.A dan SMS Siemag AG membangun dua pabrik pengolahan bijih besi di Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pembangunan pabrik itu bertujuan mengakselerasi posisi Indonesia sebagai negara industri yang kuat di Asia Tenggara pada 2025.

 Penandatanganan kerja sama itu dilakukan antara lain Presiden Direktur & CEO Merukh Enterprises Rudy Merukh, Direktur Eksekutif PT Sumba Prima Iron, Gustaaf Y.N Merukh, Executive Vice President Project Development SMS Siemag Jens Kempken, dan Chief Representative Paul Wurth Karel E Hallatu. Turut menandatangani kerja sama itu Direktur PT Merukh Iron & Steel Musana, H A Merukh dan Direktur Proyek Siemag Hans Ulrich Breuer.

"Dua pabrik pengolahan bijih besi itu masing-masing berkapasitas 2x3,5 juta ton per tahun dan rencananya akan beroperasi pada 2015 mendatang. Nilai investasi dua pabrik itu sekitar € 20 miliar," kata Rudy Merukh.

Gustaaf mengatakan, total investasi untuk pembangunan dua pabrik itu mencapai € 35 miliar. Selain investasi dua pabrik, pembangunan infrastruktur dasar seperti pembangkit listrik, instalasi air, area perkantoran dan pelabuhan mencapai € 10 miliar. Sementara itu, alokasi untuk corporate social responsiblility (CSR) sebesar € 5 miliar. Pabrik baja di Sumba Barat, lanjut dia, diperuntukkan bagi pengolahan bijih besi dari hasil eksplorasi PT Sumba Prima Iron, anak perusahaan Merukh Enterprises di daerah tersebut.

Cadangan bijih besi di Sumba Barat mencapai 977 juta metrik ton dengan kadar 68 persen Fe. Sementara itu, pabrik baja di Sumba Timur akan mengolah tambang bijih besi PT Sumba Prima Iron di daerah itu dengan cadangan sebesar 1,000 juta metrik ton pada kadar yang sama.

"Kami sedang dalam persiapan untuk memproduksi bijih besi dari kedua tambang tersebut. Hasil eksplorasi zaman Belanda, data ESDM di Bandung, dan foto satelit yang kami miliki mendukung cadangan bijih besi tersebut," katanya.

Rudy menambahkan, kehadiran dua pabrik itu akan menyumbang nilai tambah dan multiplier effect yang signifikan untuk kepentingan daerah dan nasional, terutama upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, pihaknya sangat mengapresiasi kesediaan Paul Wurth dan SMS Siemag dalam membangun dua pabrik tersebut.

"Pembangunan dua pabrik di Sumba itu akan memanfaatkan potensi sumber daya alam khususnya bijih besi yang besar di Sumba dan bertujuan mengakselerasi posisi Indonesia sebagai negara industri yang kuat di Asia Tenggara pada 2025," katanya.

Sesuai rencana dua pabrik pengolahan bijih besi tersebut akan memasuki tahap konstruksi pada Agustus 2013 mendatang. Penyelidikan teknis segera dilakukan untuk mempercepat proses studi kelayakan demi mematangkan pembangunan dua pabrik pengolahan bijih besi tersebut.

"Kami sangat yakin dengan pasar baja ke depan, karena produksi dua pabrik baja kami itu hanya mencukupi 1/3 dari kebutuhan baja RI pada tahun itu. Diperkirakan pada 2020 kebutuhan baja Indonesia mencapai 20 juta ton per tahun, dan 2030 sebesar 30 juta ton per tahun."

>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<