Get snow effect

Rabu, 16 Maret 2011

Dari Mubes Rakyat Wanokaka Bukan hanya Pasola (2)

Rabu, 16 Maret 2011 | 09:58 WIB
Oleh Petrus Piter

KEHIDUPAN tradisional masyarakat Wanokaka yang santun dan ramah menjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan yang datang mengunjungi Wanokaka. Busana adat yang dikenakan masyarakat setempat, saat pesta adat maupun saat melayat orang mati memiliki keunikan yang juga menjadi daya tarik.

Karena itu pemerintah dan segenap pemangku kepentingan di Sumba Barat, khususnya di Kecamatan Wanokaka, wajib memelihara dan mempertahankan budaya daerah ini agar tidak tergusur oleh perkembangan dan pengaruh dari luar.

Selama ini, Wanokaka terkenal di seluruh dunia karena budaya pasola yang biasa digelar pada bulan Februari atau Merat, setiap tahun. Tapi bukan hanya pasola yang menjadikan Wanokaka terkenal. Wanokaka memiliki potensi dan kekayaan alam lainnya yang tak kalah hebat, yang kalau dikelola dengan baik, dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Wanokaka. Lihat saja Telaga Bidari Maurani di Desa Praibakul. Danau ini luasnya mencapai sekitar dua hektar dengan kondisi air yang tenang sepanjang tahun. Debit air tak pernah kurang ataupun bertambah sepanjang tahun. Konon, menurut cerita lelulur, telaga itu merupakan tempat mandi buaya putih yang mengalami luka di aliran sungai Wanokaka akibat gigitan buaya lain atau ulah manusia. Salah satu wisatawan luar negeri yang sempat mengadakan penelitian di telaga Bidadari Maurani mengatakan bahwa telaga itu merupakan salah satu pusat perut bumi.

Potensi wisata alam lainnyang yang dimiliki Wanokaka adalah air terjun Lapopu dan Matayangu di Desa Katikuloku. Wanokaka juga punya perkampungan adat yang dipelihara keasliannya sampai saat ini. Punya kuburan megalitik yang menarik. Sayangnya obyek wisata alam ini dibiarkan begitu saja tanpa dikelola dengan baik oleh segenap pengambil kebijakan daerah ini. Syukurlah, tahun 2011 ini pemerintah baru akan membuka jalan sekitar 2,5 km menuju mata air terjun Lapopu.

Menurut Marthen Ngailu Tony, sebenarnya banyak potensi wisata  yang bisa menjsi sumber PAD yang diandalkan. Putra Wanokaka yang kini menjadi anggota DPRD Sumba Barat itu, menilai  pemerintah belum serius mengelola obyek-obyek wisata secara komprehensif. Akibatnya hanya satu dua obyek wisata saja yang dikenal dan menjadi tujuan wisatawan, misalnya pasola, wula podu dan Kampung Adat Tarung. Padahal setiap kecamatan di Sumba Barat mempunyai beragam potensi wisata yang memiliki keunikan sendiri-sendiri.

Dia berharap pemerintah gencar mempromosikan obyek wisata yang ada dan membangun sarana prasarana pendukung agar potensi wisata yang banyak itu membawa manfaat ekonomis bagi warga dan daerah.

"Harus jujur saya katakan, sebenarnya banyak hal yang harus dperbaiki menyambut even pagelaran budaya di daerah ini, misalnya pagelaran budaya pasola maka lapangan pasola harus diperbaiki mengingat kondisi lapangan sangat sempit, pembibitan kuda karena populasi kuda sangat sedikit sementara pagelaran budaya pasola membutuhkan kuda yang banyak. Lihat pagelaran budaya pasola belum lama ini dimana kuda peserta tidak banyak. Ini bukan karena minimnya minat orang turun dalam arena pasola, tetapi karena ketiadaan kuda. Akibatnya banyak warga datang hanya menonton," katanya.

Di samping itu, persiapan acara sebelum dan sesudah pagelaran pasola harus matang agar wisatawan lebih lama tinggal di Wanokaka. Tak hanya pasola, event budaya lainnya pun demikian. Karena itu dibutuhkan tenaga profesional untuk menangani event-event budaya.

Pengalaman selama ini, wisatawan datang hanya mengikuti acara pasola dan setelah itu langsung meninggalkan Sumba. Waktu kunjung terbatas, hanya sekitar 2-3 hari. Kalau kemasan eventnya disiapkan bagus, sebelum dan sesudah, maka wisatawan akan tinggal lebih lama. Pemerintah dan segenap komponen masyarakat harus  merancang program acara secara baik yang bisa "dijual" ke luar daerah bekerja sama dengan berbagai biro perjalanan wisata sehingga memikat minat wisatawan. Pemerintah juga perlu menggandeng media massa untuk promosi maupun sosialisasi.

Menggandeng public figure seperti artis atau atlet untuk menjadi ikon wisata, juga patut dipertimbangkan, meski dari sisi dana harus disiapkan. Bunaken menjadi begitu terkenal karena gencarnya publikasi media massa. Begitu juga komodo di  Manggarai Barat.

Bila Pemerintah Kabupaten Sumba Barat menempatkan promosi wisata sebagai agenda prioritas maka suatu saat Sumba Barat semakin terkenal. (bersambung)

>>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<

1 komentar:

tinggalkan komentar anda untuk kemajuan info blog ini
Okey Gan...

Cara Melakukan Comment :
- ketikkan komentar anda
- Pilih format NAME/URL
- Isikan Nama anda dan alamat site(URL) anda
- Kosongkan saja bila URL(alamat site) anda tidak ada dan pilih anonymous.
- click poskan komentar

Terimakasih atas partisipasinya ^_^