Get snow effect

Selasa, 15 Maret 2011

Dari Mubes Rakyat Wanokaka Jadi Lumbung Padi (1)


Selasa, 15 Maret 2011 | 15:19 WIB
Oleh Petrus Piter

 
KECAMATAN Wanokaka terletak di wilayah selatan Kabupaten Sumba Barat, sekitar 12 km dari Waikabubak. Luas wilayahnya mencapai 133,68 km persegi yang dihuni 14.798 penduduk (Data sensus tahun 2009). Topografi wilayah kecamatan ini berbukit-bukit dan lembah (dataran) yang dijadikan kawasan persawahan oleh masyarakat setempat.

Mata pencaharian masyarakat pada umumnya adalah bercocok tanam, beternak, nelayan dan sebagian berprosesi sebagai penambang bahan golongan galian C seperti pasir dan batu.

Dibanding kecamatan lainnya, alam Wanokaka tergolong sangat menjanjikan bagi upaya kesejahteraan masyarakat. Memiliki areal persawahan yang membentang luas sepanjang dataran Wanokaka dengan sumber mata air yang mengalir sepanjang tahun. Bila sawah dikelola dengan baik, maka diyakini Wanokaka menjadi salah satu lumbung padi di Sumba Barat.

Wanokaka juga memiliki lahan peternakan dan perkebunan yang luas. Potensi laut pun menjanjikan. Aset wisata handal terkenal seantero dunia seperti pagelaran budaya pasola, perkampungan adat, batu kubur megalitik, pemandangan alam yang indah, memiliki air terjun seperti Lapopu dan Matayangu yang layak dijadikan pembangkit listrik. Dengan potensi yang demikian, mestinya keadaan masyarakat setempat lebih baik dari kondisi saat ini.

Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di wilayah itu menjadi salah satu sebab mengapa potensi daerah itu belum dikelola maksimal. Ditambah belum kondusifnya keamanan di wilayah itu membuat potensi peternakan belum bisa dikelola dengan baik. Warga sulit mengembangkan usaha peternakan karena sesewaktu bisa "ludes" disikat perampok. Tak hanya ternak peliharaan yang (selalu) terancam, nyawa pemilik pun terancam. Kawanan perampok tak segan-segan menghabisi pemilik ternak saat mereka beraksi.

Keterbelakangan dan kondisi Kamtibmas yang demikian menyumbang angka pengangguran yang tidak kalah seriusnya dari tahun ke tahun.

Maka lahirlah gagasan sejumlah kaum muda Wanokaka untuk menggalang bersama demi keluar dari kondisi tersebut. Anak-anak muda itu seperti Marthen Ngailu Tony, Agus M Malana dan tokoh masyarakat Wanokaka seperti Datu Todu dan kaum muda serta tokoh masyarakat  lainnya.

Kondisi yang melilit masyarakat itu hanya bisa diatasi bersama, dengan kekuatan bersama. Karena itu dilaksanakanlah musyawarah besar (mubes) rakyat Wanokaka 7 Februari 2011.

Di hadapan Wabup Sumba Barat, Reko Deta, tokoh masyarakat Wanokaka, Datu Todu mengatakan, forum mubes adalah moment bagi masyarakat untuk duduk bersama membicarakan bagaimana mengubah Wanokaka ke depan.

Mubes membangunkan kesadaran masyarakat akan nasib daerahnya. Sudah waktunya rakyat bersatu dalam komitmen untuk memperbaiki nasibnya tanpa harus menunggu belas kasihan orang lain.

Marthen Ngailu Tony dan Agus M. Malana menambahkan, kemandirian masyarakat membangun Wanokaka adalah keharusan. Bagi Tony, Wanokaka dengan segala kekayaannya belum mendapat sentuhan serius dari pemerintah selama ini. Padahal kalau penanganan secara intensif,  Wanokaka menjadi salah penghasil beras di Kabupaten Sumba Barat.

Begitu juga sektor pariwisata. Apabila dikelola dengan baik, maka semua potensi wisata di Wanokaka bisa menjadikan daerah itu lebih maju dari kondisi saat ini.

Camat Wanokaka, Drs. Alex Bora Kahowi mengatakan mengapresiasi dan mendukung setiap aspirasi positip masyarakat demi kemajuan Wanokaka.  Menurutnya gagasan lahirnya mubes adalah membangkitkan semangat rakyat memikirkan masa depannya sendiri tanpa harus menunggu pemerintah.

Dikatakannya, Wanokaka adalah "wilayah kecil" dengan potensi besar dibanding wilayah lainnya di Sumba Barat. Pemerintah, katanya, dengan segara keterbatasan tidak mungkin secara serempak mengelola semua sumber daya yang ada demi kemajuan Wanokaka. Pengelolaan kekayaan alam dan potensi daerah dapat berjalan maksimal bila menggandeng investor dari luar. Karenanya pemerintah akan membangun infrastruktur jalan menuju daerah-daerah potensial, apakah pertanian, pariwisata dan potensi lainnya.

Kecamatan Wanokaka mencakpu 10 desa dengan luas persawahan setengah teknis yang mencapai sekitar 3.000 ha; sawah tadah hujan sekitar 4.000 ha; ladang sekitar 2.000 ha. Sebagai kepala pemerintahan di Kecamatan Wanokaka berharap rakyat dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dia berharap semangat yang menggelora saat mubes, harus terus hidup dalam diri masyarakat dengan tetap berpedoman pada kearifan local, "ruatu" (sumpah adat) sebagaimana disepakati seluruh masyarakat Wanokaka dalam forum mubes.

Sejumlah kesepakatan diambil dalam mubes antara lain penguatan ketahanan pangan. Itu artinya masyarakat wajib berkebun. Selain itu masyarakat wajib menjaga keamanan dan ketertiban; wajib memelihara ternak. Pemotongan hewan saat pesta adat dan upacara kematian dibatasi hanya 3 ekor ternak besar dan tiga ekor babi. Pihak yang melanggar dikenakan sanksi adat membayar denda Rp 3 Juta sampai Rp 5 juta dan memberi makan warga satu desa. Kesepakatan itu akan dievaluasi lima tahun mendatang.

Menurut camat,  kesepakatan itu merupakan salah satu jalan menuju kemajuan. Karena itu masyarakat harus taat dan melaksanakannya denga penuh kesadaran. (bersambung)


                            >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<       

1 komentar:

  1. hhmmm,.... thanx buat infonya,..


    kebetulan sya juga orang wanokaka,..

    BalasHapus

tinggalkan komentar anda untuk kemajuan info blog ini
Okey Gan...

Cara Melakukan Comment :
- ketikkan komentar anda
- Pilih format NAME/URL
- Isikan Nama anda dan alamat site(URL) anda
- Kosongkan saja bila URL(alamat site) anda tidak ada dan pilih anonymous.
- click poskan komentar

Terimakasih atas partisipasinya ^_^