Get snow effect

Minggu, 03 April 2011

Ratusan Kerbau dan Kuda Mati: Wabah Surra Menggancam Sumba




Kamis, 31 Maret 2011 20:20



Ir Petrus T. Pore
Sesuai data Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat (Sumbar), ratusan ekor ternak kuda dan kerbau dilaporkan mati akibat terserang penyakit surra, yakni sejenis penyakit menular pada hewan yang dapat bersifat akut maupun kronis. Adapun penyebab penyakit ini adalah protozoa bernama trypanosoma evansi.
Tak bisa disangkal Pulau Sumba identik dengan hamparan padang sabana yang luas dan sangat cocok untuk dijadikan padang pengembalaan ternak besar seperti kerbau dan kuda. Namun kini, populasi kedua ternak ini dalam ancaman wabah penyakit surra. Sesuai laporan warga dan pendataan dinas peternakan setempat, ratusan ekor kuda dan kerbau dilaporkan telah mati sia-sia selama beberapa bulan terakhir. Seperti halnya di Kabupaten Sumba Barat, lebih dari dua ratus ternak kuda dan kerbau telah mati akibat surra.
”Dari enam kecamatan di Sumba Barat, lima kecamatan telah terkena surra. Hanya kecamatan Tana Righu yang masih belum terjangkit. Kuda yang terdata terjangkit 191 ekor, yang diobati 96 ekor, namun yang mati 150 ekor. Sementara kerbau yang mati 101 ekor. Jadi total kuda dan kerbau yang mati karena Surra data hingga kini telah mencapai 251 ekor,” jabar Ir. Petrus P. Pore, Kepala Dinas Peternakan kabupaten Sumba Barat.
Lebih jauh, Petrus menjelaskan, kasus ini telah menjadi wabah dan cukup mengancam populasi ternak tidak hanya di Sumba Barat namun tiga kabupaten lainnya di pulau Sumba. Apa yang dikatakan oleh Petrus paling tidak terbukti jawabannya pada warga Kabupaten Sumba Tengah yang ditemui. Umbu Routa Praing, salah seorang warga mengisahkan, sebelum ada wabah surra, kandang ternaknya masih terisi 20 ekor kerbau, namun kini telah kosong, karena 14 keor dintaranya telah mati.
Umbu Routa Praing
“Kerbau saya nafsu makan tiba-tiba turun lalu ada yang tidak bangun-bangun, ada pula yang sementara berdiri tiba-tiba taputar jatuh dan tidak bangun-bangun lalu mati. Ada 14 ekor yang mati, yang tersisa sekarang telah saya bawa jauh ke kampung agar tidak mudah terjangkit,” jelas Praing.
Dominan warga yang memiliki ternak cukup banyak melepas ternaknya di padang tanpa tali pengkitat. Namun sejak wabah surra menyerang, warga mulai cemas, ternak warga kini diikat dihalaman rumah agar lebih mudah dikontrol hingga lebih aman dari parasit penyebab penyakit surra yang dsebarkan lewat lalat dan nyamuk itu.
“Dulu saya lepas, sekarang saya ikat dekat rumah, biar mudah diawasi. Namun kalau nantinya terjangkit juga mau bagaimana lagi, saya hanya bisa pasrah,” ujar Wilhelmus warga desa Wairasa yang ditemui dipekarangan rumahnya saat sedang mengawasi lima ekor kudanya.(ion)



 >>>>>>>>> waikamura sumba blog <<<<<<<<



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan komentar anda untuk kemajuan info blog ini
Okey Gan...

Cara Melakukan Comment :
- ketikkan komentar anda
- Pilih format NAME/URL
- Isikan Nama anda dan alamat site(URL) anda
- Kosongkan saja bila URL(alamat site) anda tidak ada dan pilih anonymous.
- click poskan komentar

Terimakasih atas partisipasinya ^_^